Breaking News

ASAL USUL DUSUN SELANGIT

 



Dusun Selangit, yang sekarang menjadi Desa Selangit menurut cerita dulunya adalah sebuah dusun kecil yang diberi nama oleh tokoh legenda cerita, yaitu Momot alias Rio Momot. Menurut cerita Momot adalah seorang pemuda yang merupakan putra raja kerajaan Majapahit yang menikah dengan seorang dewi khayangan, keturunan bidadari yang berasal dari langit. 

Dikisahkan, raja dari kerajaan Majapahit pada suatu ketika menemukan putri dari anak dewa yang berjumlah tujuh orang turun mandi ke telaga di Bumi. Diberitakan setiap malam tanggal 14 atau setiap malam bulan purnama, ketujuh putri tersebut turun mandi. Di telaga tersebut raja melihat ketujuh putri mandi tersebut dan tertarik dengan putri yang ketujuh, atau yang paling bungsu. Sang Raja berniat mengambil pakaian terbang putri tersebut dengan menggunakan serdam = semacam suling, yang panjangnya sekitar tujuh hasta. Dengan serdam ini Sang Raja mengarahkan ke pakaian terbang putri Bungsu, dan berhasil pakaian terbang Putri Bungsu terhisap ke dalam serdam. Sang Raja menunggu ketujuh putri tersebut kembali ke khayangan. Benar saja, seusai bermain air dengan penuh kebahagiaan ketujuh putri dewa tersebut segera berkemas untuk pulang ke negerinya dikhayangan. Namun apa yang terjadi, putri Bungsu menangis dan mengejutkan semua saudaranya, karena pakaian terbang putri Bungsu hilang. Tentu saja dengan hilangnya pekaian terbang berarti putri Bungsu tidak bisa kembali ke khayangan. Keenam saudara putri Bungsu sangat sedih, dan apa mau dikata perpisahan harus terjadi. Keenam saudara putri Bungsu kembali terbang ke khayangan meninggalkan putri Bungsu sendiri di Bumi.

Dalam kesendirian dan kesedihan yang teramat sangat putri Bungsu meratapi nasibnya yang harus berpisah dengan saudaranya yang telah kembali ke khayangan. Dari semak belukar Sang Raja yang sedari tadi melihat putri Bungsu mulai ada rasa untuk memberanikan diri menampakan wujudnya. Kehadiran Sang Raja sejenak mengejutkan Putri Bungsu, namun Sang raja dapat menguasai keadaan dan menciptakan suasana persahabatan dengan Putri Bungsu. 

Putri Bungsu mulai berani menceritakan prihal dirinya dan masalah yang dihadapinya, dengan berlinang air mata membuat Sang Raja menjadi sangat iba, kasih dan cinta. Sang Raja dengan tulus menawarkan jasa hati dan perlindungan kepada putri Bungsu untuk tinggal di bumi. Gayung bersambut, Sang Putri Bungsu tidak ada pilihan lain dan menerima kasih dan cinta yang ditawarkan Sang Raja. Akhirnya keduanya kembali ke dusun dan menikah, hidup layak seperti orang-orang pada umumnya. Sementara Sang Raja tetap menyimpan pakaian terbang istrinya Putri Bungsu di dalam serdam yang diletakan di atas loteng rumah. 

Tiga bulan kemudian diberitakan bahwa Putri Bungsu telah hamil tiga bulan, buah cintanya dengan Raja Majapahit. Walaupun putri Bungsu sudah menjadi permaisuri di kerajaan yang sangat besar, tidaklah membuat putri Bungsu melupakan asalnya di khayangan. Sering muncul rasa kerinduannya, dan keinginannya untuk kembali ke khayangan berkumpul dengan saudara-saudaranya, hal ini sangat menggangu pikirannya, dia yakin suaminya pasti menyembunyikan pakaian terbangnya di suatu tempat yang sangat rahasia.

Sang Putri pun memanfaatkan kesempatan-kesempatan yang ada untuk mencari pakaian terbangnya, hingga pada suatu ketika Putri Bungsu naik ke atas loteng dan menemukan pakaian terbangnya yang tersembunyi di dalam seruling bambu alias serdam. Putri Bungsu berniat mengenakan pakaianya pada acara pesta, hal ini la lakukan agar suaminya tidak mencurigai setiap gerak-geriknya. Sang Putri sangat luar biasa senangnya, kerinduannya pada negerinya khayangan telah melupakan segalanya, yang ada dipikiranya sekarang adalah malam pesta agar dia bisa menari dan mencoba pakaian terbangnya. 

Malam pesta rakyat pun dilaksanakan, banyak acara yang dipertunjukan mulai dari nyanyian, rejong, sampai tarian-tarian yang bisa menghibur Sang Raja dan semua warga. Tibalah pada saatnya Sang Raja meminta permaisurinya Putri Bungsu untuk menari, putri Bungsu sangat senang dan bersemangat, karena ini saatnya la bisa mencoba pakaiaan terbangnya apakah masih bisa terbang atau tidak. 

Dengan lemah gemulai Putri Bungsu menggerakan tangannya, tubuhnya dan pada saatnya Putri Bungsu melepaskan pakaian pertamanya dan melambikan pakaian terbangnya, yang membuat tubuh Putri Bungsu mulai mengambang tinggi dan terus tinggi. Hal ini membuat Sang Raja panik, pusing dan marah, serta bersedih, sang raja sudah sangat mengira bahwa istrinya putri bungsu telah menemukan pakaian terbangnya. Dengan kepergian putri Bungsu membuat kehidupan raja menjadi sangat tidak teratur, la menjadi orang yang pemurung, dan kerajaan akhirnya tidak berjalan sebagaimana mestinya. Sang Raja menjadi frustasi,semua hartanya la bagikan kepada warganya, jadilah la orang miskin yang hidup apa adanya. 

Sementara putri Bungsu dikhayangan yang membawa buah cintanya berupa kehamilan telah melahirkan seorang putra yang Diberi nama 'Momot'. Setelah Momot berusia anak-anak la belum menghiraukan siapa ayahnya, namun menjelang Momot berusia remaja, la mulai mempertanyakan keberadaan ayahnya kepada ibuny putri Bungsu. Momot sepulang dari bermain dengan teman-temananya selalu ditanyai mengenai keberadaan ayahnya. Momot merasa malu dan bertekad menanyakan keberadaan ayahnya kepada ibunya. Putri Bungsu selalu mengelak tentang keberadaan ayahnya Momot, namun Momot sangat keras hatinya untuk melihat dan bertemu dengan ayahnya. Melihat kekerasan hati Momot, putri Bungsu pun tidak kuasa terus-terusan menyembunyikan tentang keberadaan suaminya alias ayahnya Momot. Dengan berat hati Putri Bungsu menjelaskan keberadaan Ayahnya Momot, yaitu berada di Bumi. Begitu senangnya hati Momot mengetahui keberadaan Ayahandanya, dan dengan dibekali cicin kepunyaan raja Majapahit yang pernah diberikan kepada Putri Bungsu ketika acara peresmian pernikahan mereka, Momot turun ke Bumi dibantu saudara-saudara Putri Bungsu. 

Di bumi Sang Raja Majapahit tidak lagi menjadi raja yang dianggungkan, yang dihormati, yang memiliki kekayaan yang berlimpah, karena semuanya telah la bagikan kepada masyarakat. Semua dilakukan Sang Raja karena rasa kecewa dan frustasinya akan kepergian istri tercintanya Putri Bungsu yang kembli ke khayangan. Sementara Momot telah berada di Bumi, dunia asing baginya. 

Di Bumi, la sendiri tanpa ada yang dikenalnya, tanpa tahu kemana harus mencari, la hanya mengikuti arah kaki melangkah dengan harapan bisa menemukan Ayahnya. Perjalananpun Momot lakukan, dengan bertanya kepada siapa saja yang ditemukannya, hingga pada suatu hari Momot pun menemukan Ayahnya yang sudah tidak lagi menjadi raja seperti yang pernah diceritakan ibunya. Pertemuan kedua ayah dan anak ini dikarenakan cicin yang dibawah Momot pemberian ibunya Putri Bungsu ketika berada di khayangan. Setelah melihat cicin Sang Raja Iangsung memeluk Momot dengan rasa rindu dan penasaran yang luar biasa, namun Momot sendiri turun ke bumi, la tidak bersama ibunya. Walaupun Momot sendiri, namun Sang Raja alias Ayahnya Momot sejenak dapat melepaskan rasa sedih hatinya karena bisa melihat, memeluk buah hatinya. Sang Raja dengan kedatangan putranya Momot hari-harinya seakan mendapat suntikan darah segar, rasa kesedihan sirna, rasa kerinduan dan penasaran pun terjawab. Walaupun kebahagiaan belum sempurna namun Sang Raja sejenak bisa melihat dan memeluk buah cintanya dengan Putri Bungsu yang tega meninggalkannya kembali ke khayangan. 

Lebih dari dua pekan Momot bersama Ayahandanya, dan dipekan berikutnya Momot memohon ijin kepada ayahandanya untuk mengembara mencari pengalaman hidup di bumi. Terasa berat Sang Raja mengizinkan putranya Momot untuk pergi mengembara meninggalkannya kembali sendiri. Namun demi untuk pengalaman hidup bagi putranya Sang Raja pun mengizinkan. Momot mendapat pesan dari Ayahandanya bahwa dalam perjalanan la harus menggunakan perahu mayang dalam menyusuri pantai, dan menyeberang lautan. Dan apabila tiba disuatu muara maka Momot harus menimbang air yang la lalui dan air yang datang dari muara. Mana timbangan yang lebih berat kesanalah la harus meneruskan perjalanan. Ketika tiba di muara Sungsang, Momot menimbang air laut dengan air sungai Musi, setelah ditimbang ternyata air Sungai Musi lebih berat dari air laut. Demikianlah berulang kali Momot menimbang air disetiap bertemu dengan muara sungai. Di muara Sungai Rawas, Muara Lakitan ternyata Sungai Musi lebih berat timbangannya. Ketika berada di Muara Kelingi, sungai Kelingi lebih berat dari Sungai Musi, maka pilihannya jatuh pada Sungai Kelingi.

Di Muara Beliti diketahui timbangan Sungai Kelingi yang lebih berat, pelayaran Momot pun diteruskan ke hulu Sungai Kelingi Setelah tiba di Ulak Lebar, Momot berhenti berlayar dan ia pun tinggal disana untuk beberapa lamanya Di Ulak Lebar Momot numpang menetap di rumah Gindo Hilang Tengkuluk, lama-kelamaan Gindo yang memiliki putri yang bernama Dayang Ramelay dijodokan dengan Momot. Tak lama menikah Momot yang tujuannya untuk mengembara memohon ijin kepada mertuanya Gindo Hilang Tengkuluk untuk melanjutkan pengembaraan untuk mencari tanah lain untuk menentap. Gindo Hilang Tengkuluk tidak dapat mencega maksud Momot dan istrinya, Gindo pun merestui dan berpesan, "Bawahlah ayam beruge putih, dan anjing kumbang". Apabila ayam berugo berkokok dan anjing kumbang menggonggong, maka di sanalah la dan istrinya harus berhenti sebab itulah suatu pertanda tanah tersebut baik dijadikan tempat tinggal. 

Pergilah Momot dan istrinya mencari tanah baru. Dari Ulak Lebar mengikuti Sungai Malus, sampai di kayu Penaka Caka Satang, terus ke kemboyan bertemu dengan sungai Nelang. Momot pun melanjutkan mudik melewati Bukit Pucung sampai di sebaliknya terdapat Sungai Lakitan. Ayam Berugo berkoko dan anjing Kumbang menggonggong belum sampai betul ke dekat Sungai Lakitan. Di tempat tersebut terdapat tanah tumbuh, yaitu tanah sarang semut, dan tanah inilah yang di gonggong ajing kumbang tersebut. Momot tertarik menggali tanah tumbuh tersebut hingga rata dengan tanah, namun tiba-tiba muncul air dari tanah galian tersebut Momot melaporkan temuannya kepada mertuanya Gindo Hilang Tengkuluk. Gindo Hilang Tengkuluk memberi nama tempat tersebut dengan nama Dusun Segera Muncar. 

Untuk sementara waktu Momot dan istrinya mendirikan pondok dan menentap di tanah Segera Muncar. Di sekitar dusun terdapat Sungai Serut yang bermuara ke Sungai Suban, dan Sungai Suban bermuara ke Sungai Lakitan. Tepatnya daerah ini pada masa sekarang dikenal dengan nama "Selanggit Tinggi". Di Sungai Serut banyak ikannya, inilah yang membuat Momot dan istrinya paling senang menghabiskan harinya untuk mencari ikan. Ikan yang didapat sebagian dimakan dan sebagiannya dibuat bekasam, yaitu ikan yang dimasukan dalam bambu. Ikan bekasam ini sering dijadikan oleh-oleh bagi Momot untuk mertuanya. 

Gindo Hilang Tengkuluk memang sangat menyukai ikan bekasam, (Ikan yang diawetkan dengan cara dipermentasi dalam guci atau tempat tertutup) namun beban berat yang dibawah Momot dan anaknya membuat Gindo menyarankan agar ikan hasil tangkapan berikutnya untuk dibuat ikan salai. Mereka pun belajar di Ulak Lebar cara membuat ikan salai. 

Untuk pekan-pekan berikutnya momot dan istrinya membawakan oleh-oleh untuk Gindo Hilang Tengkuluk berupa ikan salai. Ikan salai yang pertama dibuat Momot dimakan oleh Gindo Hilang Tengkuluk, sayangnya ikan terasa pahit. Gindo memeriksa Ikan dan tercium bau angit. Sementara Momot tertidur karena kelelahan dan bermimpi melihat Ibunya Putri Bungsu turun ke bumi. Gindo mengatakan Momot ikan Salainya angit. Di satu sisi Momot mengigau ibunya naik lagi ke langit.. Momot berteriak, "Salai angit..... ibuku berada di langit". Akhirnya Momot terinspirasi untuk mengantikan nama dusun yang dibukaknya dengan nama Dusun Salai Angit. Lama-kelamaan dan melalui proses penyempurnaan bahasa, nama Dusun Salai Angit berganti menjadi Dusun Selangit, hingga sekarang. Demikianlah legenda singkat tersebut, masalah kebenaranya Allah Huallam. Wassalam. 

Nara Sumber : 
1. Bpk. Amir Syaripuddin 
2. Bpk. Suwandi 
3. Bpk. Bastian

(ABK97)

BACA JUGA BERITA LAINNYA